Persimpangan masa tak jauh menatap iba
Satu malamkah, atau satu dasawarsakah sudah ia meraba?
Para musafir yang berduyun singgah tanpa aba
Datang dan perginya terkenang dalam alunan angin sang rimba
Satu fajar lamunan lirih mengendap
Merasuk kesepian bertemaram langit singkap
Seorang musafir malam meninggalkan serpih rindu yang kian pulang meracap
Salahkah jika masih kunikmati memoirnya mengantar lelap?
Hujan tak kuasa memperlambat langkahnya meniti tanah impian
Ratusan persinggahan malam berbuah pupukan ilmu, asa, dan kesan
Hingga hari tapaknya harus berpindah dari bumiku meneruskan perjalanan
Hanya sulam bayang semu kian kabur yang tajam ditinggalkan
Jika satu waktu alam bermurah membawamu berdiri berhadap mata
Mulukah jika sama harapku pada jiwamu yang nyata
Walau tak mampu berpindah dari pijak rantingku tumbuh dan menua
Cintaku tak kalah besar dari anak manusia
22 Februari 2016
12.21 AM