(1)
gulita malam tak lama singgah
melipur sunyi kau menggores kisah
akan tak terhitung rahasia alam ruah
jua sejumput mimpi serta resah
tak barang sekali kau minta apa
hanya setia sepasang telinga kala nestapa
berbalut tulus genggamaan hangat rupa
mengingat pada apa yang terlupa
dalam ragam kicau burung bersua
kau kata aku serupa lantunan embun pagi
teduh tak terdua
menghantar sejuk lagi dan lagi
gulita malam tak lama singgah
melipur sunyi kau menggores kisah
akan tak terhitung rahasia alam ruah
jua sejumput mimpi serta resah
tak barang sekali kau minta apa
hanya setia sepasang telinga kala nestapa
berbalut tulus genggamaan hangat rupa
mengingat pada apa yang terlupa
dalam ragam kicau burung bersua
kau kata aku serupa lantunan embun pagi
teduh tak terdua
menghantar sejuk lagi dan lagi
selalu, aku jadi pertama tahu
selalu, kau jadi pelepas jemu
tak ada basa basi semu
dua empat tujuh tawarkan bahu
(2)
hadirku buatmu nyaman kau bilang
tak pernah kau kata ini pada yang berselang
walau hanya bisa sekelebat ku tawarkan riang
ku janjikan bulir udara ini menggiringmu pulang
ku janjikan bulir udara ini menggiringmu pulang
satu, seratus, seribu musim mengalun
dalam sunyi kembali kau bilang aku serupa embun
menunggu di helai daun kala udara jenuh menghimpun
perlahan hadir dan pergi dalam laun
kau ujar rindumu pada sang mentari
akan hangatnya yang menyuarakan seri
dan sinarnya sebagai penghantar hari
yang kau temui ketika jiwaku mulai suri
kemerahan sinarnya menawar antukan alang
dalam kagum binar mata serupa elang
kau langkahkan jiwa menuju yang kian lama terhalang
dan biarku menguap bersama matahari menjelang
yang kau temui ketika jiwaku mulai suri
kemerahan sinarnya menawar antukan alang
dalam kagum binar mata serupa elang
kau langkahkan jiwa menuju yang kian lama terhalang
dan biarku menguap bersama matahari menjelang
April 17th 2016
7.37 PM
7.37 PM
No comments:
Post a Comment