Tidak ada yang istimewa. Hari ini hari yang begitu biasa
dengan rintik hujan menjelang senja. Namun siapa sangka seolah langit telah
menentukan garis pertemuan kita di hari ini. Begitu sederhana. Begitu manis.
Masih jelas terbayang di sudut ingatan. Kau, di bawah
temaram lampu kuning stasiun kota yang rengkuh berdiri termakan usia menunggu
entah apa atau siapa. Dengan payung lipat berwarna pastel lembut dalam
genggaman dan switer hijau tua terlipat hingga ke siku menengadah menatap
langit yang berangsur kelabu. Sesekali kau bergeser memberi tempat pada pejalan
kaki atau pengendara beroda dua yang tergesa meneduhkan diri dari derasnya
hujan yang tak kunjung reda.
Hey Nona, tahukah engkau tiap senja aku disini;
memperhatikan tiap individu diam, lalu, dan lalang tak henti di detik hariku
yang membosankan. Namun hari ini, kehadiran mu yang baru kulihat membuat udara
bahkan terasa begitu berbeda. Mungkinkah itu karena sorot mata mu yang hangat,
namun sarat kesedihan? Atau mungkinkah karena senyum masam –yang walau tampak
begitu sendu tak mampu menyamarkan elok paras mu- yang sesekali terulas di
bibir mungilmu? Entah hal apa yang menderu di pikiran mu saat ini. Kegetirankah
yang sedang kau ingat Nona berpayung pastel?
Aku bukan seorang pecinta hujan. Boleh dikata, aku tak
pernah mendapat hal baik di hari tiap tetesan air ini bergemerisik di atap
stasiun kota. Namun kali ini, sebagai saksi bisu mala-ku di tiap pergeseran
hari, bolehkah aku meminta langit berbaik hati menitikkan airnya sedikit saja
lebih lama? Aku ingin perasaan yang berbeda ini singgah lebih lama, kali ini
saja.
Ah! Tak kusangka mata kami bertemu. Kau tersenyum, dengan
mata berbinar, dan nampak sedikit ragu sesaat. Kau mencari entah apa dari dalam
tas selempang hitam bermotif putih abstrak mu dan perlahan menyeruak diantara
kerumunan mereka yang berteduh. Dengan langkah kecil berjalan ke sudut ku
bergelung memperhatikan tiap laku manismu.
Kau membungkuk tepat di hadapanku. Begitu dekat hingga
aroma manis –entah minyak wangi atau makanan- darimu begitu terasa. Dengan
payung pastel yang diletakan sebelah kanan tumpuan lututmu dan tangan kirimu
yang terisi serpihan roti daging isi.
“Lucunya anjing kecil ini. Pasti lapar dan kedinginan ya,
ayo makan.”, kata Nona berpayung pastel seraya membelai sayang kepala hingga
punggungku.
Chrisella
18
Februari 2015
No comments:
Post a Comment