#JAKARTAREPOSEPROJECT
Opening
Time
|
Selasa,
Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu.
Pukul
09.00 s/d 15.00
|
Number of
attractions open
|
4; Halaman depan museum, ruangan museum, halamn belakang museum (tempat penjara bawah tanah), dan ruangan teater
|
Geographic
Location
|
Jalan Taman
Fatahillah No.1, DKI Jakarta 11110
|
Cost and
price
|
Rp
2000,00 untuk anak-anak
Rp
3,000.00 untuk mahasiswa
Rp
5,000.00 untuk dewasa / pekerja
|
Marketing
of attraction
|
Seminar
ke sekolah-sekolah, brosur, dan event (festival
Batavia dan wisata Kota Tua)
|
Penjelasan Tempat
Pak
Supriadi, seorang tour guide sekaligus
staff administrasi yang sudah bekerja selama 25 tahun di Museum Fatahillah
menjelaskan begitu banyak hal terkait dengan museum ini. Museum Sejarah Jakarta
atau yang lebih dikenal dengan Museum Fatahillah dibangun pada 25 Januari 1707
pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Joanvan Horren. Pembangunan berlangsung
selama 3 tahun hingga 10 juli 1710 dan diresmikan oleh Gubernur Jendral Abraham
Vanderberg. Gedung ini awalnya digunakan sebagai Kantor Balai Kota Batavia dan
Kantor Dewan Pengadilan karena itulah museum ini dilengkapi dengan 5 ruang bawah
tanah dimana 4 ruang diperuntukkan untuk laki-laki dan 1 ruang untuk wanita.
Gedung
ini kemudian diresmikan sebagai museum pada tanggal 30 maret 1974 oleh Bapak
Gubernur Ali Sadikin. Museum ini menampilkan koleksi pra sejarah hingga Jakarta
saat ini yang merupakan barang-barang peninggalan orang-orang yang pernah
tinggal di Batavia seperti misalnya kursi, meja, dan tempat tidur. Museum
Fatahillah buka setiap hari Selasa-Minggu mulai jam 9 pagi – 15.00 dan tutup di
hari Senin dan libur nasional. Hari Sabtu dan Minggu merupakan hari teramai
Museum Fatahillah dikunjungi. Mayoritas dari mereka adalah pelajar dan
mahasiswa. Pak Supriadi mengatakan bahwa pelajar-pelajar yang datang biasanya
memiliki tugas-tugas dari sekolah. Tak jarang juga banyak kunjungan dari
sekolah-sekolah untuk acara karyawisata, dimana pihak sekolah harus lebih
dahulu mengkonfirmasi via telepon ataupun surat.
Pada
bulan September 2013 hingga Maret 2014, Museum Sejarah Jakarta ditutup
sementara karena ada renovasi dan perbaikan. Bersamaan dengan kembali dibukanya
Museum Fatahillah pada Maret 2014, peraturan baru pun diberlakukan. Sebelum
memasuki area museum, pengunjung diharuskan untuk melepaskan sepatu dan
mengenakan alas sandal yang telah disediakan Museum Fatahillah pun
diberlakukan. Museum ini kurang lebih menyediakan 500 sendal yang digunakan
bergantian oleh pengunjung. Peraturan ini dilakukan untuk menjaga kondisi
gedung museum yang sudah tua sekaligus menjaga kebersihan di dalam museum
(Karena hanya 500 sendal, maka hanya bisa ada 500 pengunjung di dalam museum).
Selain itu, Museum Fatahillah juga menyediakan alur yang dibatasi dengan garis
merah sehingga pengunjung dengan tertib dan teratur dapat melihat koleksi
museum. Pak Supriadi mengatakan bahwa Museum Fatahillah merupakan museum
pertama di Indonesia yang memberlakukan aturan ini.
Petugas museum meminjamkan sandal dan kantong sepatu kepada pengunjung Museum Fatahillah
Tersedianya tempat duduk untuk pengunjung mengganti sepatu yang mereka kenakan dengan sandal museum.
Sandal yang dipinjamkan oleh museum
Dalam
sehari, rata-rata lebih dari 1200 pengunjungi mengunjungi Museum Fatahillah
dimana koleksi museum yang paling disukai oleh mereka adalah Meriam Si Jago dan
penjara bawah tanah. Pengunjung juga disediakan fasilitas berupa tour guide
yang berjumlah 5 orang yang dapat menjelaskan berbagai penjelasan terkait
dengan koleksi museum.
Setelah
selesai berkeliling museum sesuai dengan alur yang dibuat, pengunjung sampai di
taman belakang Museum Fatahillah yang kemudian disambut oleh petugas Museum.
Disana mereka mengembalikan sandal dan kantong tempat penyimpanan sepatu. Di
taman ini terdapat ruangan penjara bawah tanah, ruangan cinema untuk menonton
sejarah Museum Fatahillah (yang dikenakan biaya Rp 2000 per orang), penjual
makanan dan minuman, kursi dan bangku kecil untuk pengunjung bersantai di
bawah pohon, serta sebuah ruangan untuk menonton sejarah perkembangan Museum Sejarah Jakarta.
Untuk mempromosikan museum ini, Museum Fatahillah mengunjungi sekolah-sekolah di Jakarta , menyebarkan brosur, serta membuat acara-acara seperti pagelaran dan Festival Batavia. Saat mengunjungi sekolah-sekolah, mereka menceritakan sejarah-sejarah Jakarta serta pahlawan pahlawan yang dulu pernah ditahan di penjara bawah tanah. Lalu untuk lebih lengkapnya, mereka mempromosikan para siswa untuk mengunjungi museum dan melihat koleksi secara langsung.
Pak
Supriadi ingin Museum Fatahillah tidak dilihat hanya sebagai tempat penyimpanan
benda-benda kuno tetapi juga sebagai sarana edukasi dan karyawisata yang
terjangkau untuk setiap kalangan di Jakarta.
Analisa visitor
Di
Museum Fatahillah saya juga mewawancara 2 pengunjung museum yakni Nessa,
mahasiswa Universitas Tarumanegara jurusan arsitektur dan Aulia Nessa,
mahasiswa Universitas Trisakti jurusan akuntansi. Mereka mengatakan bahwa ini
adalah kali kedua mereka mengunjungi Museum Fatahillah. Yang pertama karena
mereka penasaran dengan Kota Tua dan yang kedua karena Nessa memiliki tugas
kampus untuk mempelajari arsitektur bangunan tua.
Mereka
mengatakan Museum Fatahillah adalah tempat wisata yang sangat menarik karena
tempat ini “tidak biasa”. Saat ini Jakarta dipenuhi dengan gedung-gedung, mall,
dan fasilitas mewah sehingga suasana gedung tua menjadi daya tarik yang
menyenangkan. Mereka menghabiskan waktu sekitar 2 setengah jam untuk
berjalan-jalan mengitari museum untuk melihat bangunan, lukisan, dan beragam
koleksi lainnya.
Biaya
yang mereka keluarkan untuk mengitari museum adalah Rp 6000 untuk berdua. Biaya
ini dirasa sangat sesuai karena mereka mendapatkan ilmu dan free untuk bertana jika ada hal yang
belum jelas. Mereka mengatakan bahwa ada orang yang berjaga di beberapa tempat
di ruangan koleksi sehinga mereka bisa bertanya. Pelayanan dari Museum
sebenarnya sudah sangat baik sayangnya justru pengunjung sendiri khususnya
warga lokal yang kurang begitu memperhatikan informasi penting. Hal itu sangat
berbeda jika dilihat dari cara turis-turis asing mencari informasi.
Bagi
mereka yang paling menarik adalah penjara bawah tanah karena selama ini mereka
belum pernah melihat penjara yang berada di bawah tanah.
Sayangnya,
Museum ini masih belum memenuhi ekspektasi Nessa dan Aulia dalam hal
kebersihan. Sekalipun kebersihan di
dalam gedung museum sangat dijaga, area taman di sekitar penjara bawah tanah
sangat kurang kebersihannya. Banyak air minum kemasan yang dibuang di sembarang
tempat di bawah kursi dan meja yang disediakan. Selain itu tembok luar penjara
pun dipenuhi coretan dari anak-anak SMP atau SMA.
Menurut
mereka asset sejarah merupakan asset yang berharga dan perlu dijaga karena
memerlukan proses yang sangat lama untuk menjadikan hal tersebut asset sejarah.