Saturday, October 25, 2014

Museum Sejarah Jakarta


#JAKARTAREPOSEPROJECT


Opening Time
Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu.
Pukul 09.00 s/d 15.00
Number of attractions open
4; Halaman depan museum, ruangan museum, halamn belakang museum (tempat penjara bawah tanah), dan ruangan teater
Geographic Location
Jalan Taman Fatahillah No.1, DKI Jakarta 11110
Cost and price
Rp 2000,00 untuk anak-anak
Rp 3,000.00 untuk mahasiswa
Rp 5,000.00 untuk dewasa / pekerja
Marketing of attraction
Seminar ke sekolah-sekolah, brosur, dan event (festival Batavia dan wisata Kota Tua)


Penjelasan Tempat


Pak Supriadi, seorang tour guide sekaligus staff administrasi yang sudah bekerja selama 25 tahun di Museum Fatahillah menjelaskan begitu banyak hal terkait dengan museum ini. Museum Sejarah Jakarta atau yang lebih dikenal dengan Museum Fatahillah dibangun pada 25 Januari 1707 pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Joanvan Horren. Pembangunan berlangsung selama 3 tahun hingga 10 juli 1710 dan diresmikan oleh Gubernur Jendral Abraham Vanderberg. Gedung ini awalnya digunakan sebagai Kantor Balai Kota Batavia dan Kantor Dewan Pengadilan karena itulah museum ini dilengkapi dengan 5 ruang bawah tanah dimana 4 ruang diperuntukkan untuk laki-laki dan 1 ruang untuk wanita.


Gedung ini kemudian diresmikan sebagai museum pada tanggal 30 maret 1974 oleh Bapak Gubernur Ali Sadikin. Museum ini menampilkan koleksi pra sejarah hingga Jakarta saat ini yang merupakan barang-barang peninggalan orang-orang yang pernah tinggal di Batavia seperti misalnya kursi, meja, dan tempat tidur. Museum Fatahillah buka setiap hari Selasa-Minggu mulai jam 9 pagi – 15.00 dan tutup di hari Senin dan libur nasional. Hari Sabtu dan Minggu merupakan hari teramai Museum Fatahillah dikunjungi. Mayoritas dari mereka adalah pelajar dan mahasiswa. Pak Supriadi mengatakan bahwa pelajar-pelajar yang datang biasanya memiliki tugas-tugas dari sekolah. Tak jarang juga banyak kunjungan dari sekolah-sekolah untuk acara karyawisata, dimana pihak sekolah harus lebih dahulu mengkonfirmasi via telepon ataupun surat.
Pada bulan September 2013 hingga Maret 2014, Museum Sejarah Jakarta ditutup sementara karena ada renovasi dan perbaikan. Bersamaan dengan kembali dibukanya Museum Fatahillah pada Maret 2014, peraturan baru pun diberlakukan. Sebelum memasuki area museum, pengunjung diharuskan untuk melepaskan sepatu dan mengenakan alas sandal yang telah disediakan Museum Fatahillah pun diberlakukan. Museum ini kurang lebih menyediakan 500 sendal yang digunakan bergantian oleh pengunjung. Peraturan ini dilakukan untuk menjaga kondisi gedung museum yang sudah tua sekaligus menjaga kebersihan di dalam museum (Karena hanya 500 sendal, maka hanya bisa ada 500 pengunjung di dalam museum). Selain itu, Museum Fatahillah juga menyediakan alur yang dibatasi dengan garis merah sehingga pengunjung dengan tertib dan teratur dapat melihat koleksi museum. Pak Supriadi mengatakan bahwa Museum Fatahillah merupakan museum pertama di Indonesia yang memberlakukan aturan ini. 


Petugas museum meminjamkan sandal dan kantong sepatu kepada pengunjung Museum Fatahillah

Tersedianya tempat duduk untuk pengunjung mengganti sepatu yang mereka kenakan dengan sandal museum.


Sandal yang dipinjamkan oleh museum

Dalam sehari, rata-rata lebih dari 1200 pengunjungi mengunjungi Museum Fatahillah dimana koleksi museum yang paling disukai oleh mereka adalah Meriam Si Jago dan penjara bawah tanah. Pengunjung juga disediakan fasilitas berupa tour guide yang berjumlah 5 orang yang dapat menjelaskan berbagai penjelasan terkait dengan koleksi museum.
Setelah selesai berkeliling museum sesuai dengan alur yang dibuat, pengunjung sampai di taman belakang Museum Fatahillah yang kemudian disambut oleh petugas Museum. Disana mereka mengembalikan sandal dan kantong tempat penyimpanan sepatu. Di taman ini terdapat ruangan penjara bawah tanah, ruangan cinema untuk menonton sejarah Museum Fatahillah (yang dikenakan biaya Rp 2000 per orang), penjual makanan dan minuman, kursi dan bangku kecil untuk pengunjung bersantai di bawah pohon, serta sebuah ruangan untuk menonton sejarah perkembangan Museum Sejarah Jakarta.




Untuk mempromosikan museum ini, Museum Fatahillah mengunjungi sekolah-sekolah di Jakarta , menyebarkan brosur, serta membuat acara-acara seperti pagelaran dan Festival Batavia. Saat mengunjungi sekolah-sekolah, mereka menceritakan sejarah-sejarah Jakarta serta pahlawan pahlawan yang dulu pernah ditahan di penjara bawah tanah. Lalu untuk lebih lengkapnya, mereka mempromosikan para siswa untuk mengunjungi museum dan melihat koleksi secara langsung.
Pak Supriadi ingin Museum Fatahillah tidak dilihat hanya sebagai tempat penyimpanan benda-benda kuno tetapi juga sebagai sarana edukasi dan karyawisata yang terjangkau untuk setiap kalangan di Jakarta.


Analisa visitor

Di Museum Fatahillah saya juga mewawancara 2 pengunjung museum yakni Nessa, mahasiswa Universitas Tarumanegara jurusan arsitektur dan Aulia Nessa, mahasiswa Universitas Trisakti jurusan akuntansi. Mereka mengatakan bahwa ini adalah kali kedua mereka mengunjungi Museum Fatahillah. Yang pertama karena mereka penasaran dengan Kota Tua dan yang kedua karena Nessa memiliki tugas kampus untuk mempelajari arsitektur bangunan tua.
Mereka mengatakan Museum Fatahillah adalah tempat wisata yang sangat menarik karena tempat ini “tidak biasa”. Saat ini Jakarta dipenuhi dengan gedung-gedung, mall, dan fasilitas mewah sehingga suasana gedung tua menjadi daya tarik yang menyenangkan. Mereka menghabiskan waktu sekitar 2 setengah jam untuk berjalan-jalan mengitari museum untuk melihat bangunan, lukisan, dan beragam koleksi lainnya.
Biaya yang mereka keluarkan untuk mengitari museum adalah Rp 6000 untuk berdua. Biaya ini dirasa sangat sesuai karena mereka mendapatkan ilmu dan free untuk bertana jika ada hal yang belum jelas. Mereka mengatakan bahwa ada orang yang berjaga di beberapa tempat di ruangan koleksi sehinga mereka bisa bertanya. Pelayanan dari Museum sebenarnya sudah sangat baik sayangnya justru pengunjung sendiri khususnya warga lokal yang kurang begitu memperhatikan informasi penting. Hal itu sangat berbeda jika dilihat dari cara turis-turis asing mencari informasi.
Bagi mereka yang paling menarik adalah penjara bawah tanah karena selama ini mereka belum pernah melihat penjara yang berada di bawah tanah. 
Sayangnya, Museum ini masih belum memenuhi ekspektasi Nessa dan Aulia dalam hal kebersihan.  Sekalipun kebersihan di dalam gedung museum sangat dijaga, area taman di sekitar penjara bawah tanah sangat kurang kebersihannya. Banyak air minum kemasan yang dibuang di sembarang tempat di bawah kursi dan meja yang disediakan. Selain itu tembok luar penjara pun dipenuhi coretan dari anak-anak SMP atau SMA.
Menurut mereka asset sejarah merupakan asset yang berharga dan perlu dijaga karena memerlukan proses yang sangat lama untuk menjadikan hal tersebut asset sejarah.




No comments:

Post a Comment