#JAKARTAREPOSEPROJECT
Hari itu
ia menggunakan kemeja bermotif bunga berwarna putih dipadu dengan celana
panjang berwarna hitam dengan rambut ikal sebahu yang dibiarkan terurai. Ia
duduk di meja pendaftaran acara outing keluarga
Gereja Kristus Yesus (GKY) Gading Serpong dan dengan begitu ramah menjawab
pertanyaan jemaat terkait acara yang akan dilangsungkan pada Oktober mendatang.
Sesekali ia tertawa dan bersenda gurau sembari mencatat nama-nama anggota
keluarga yang mendaftarkan diri.
Ketika
melihat saya, ia tersenyum dan mengatakan, “Uda mau wawancara ya? Sebentar ya
Sel.”.
Tidak
lama kemudian ia menghampiri saya dan kami duduk di sebuah bangku panjang di
samping gereja dan memulai wawancara kami.
Beliau
bernama lengkap Julia Santi Susanto. Saat ini ia bekerja di perusahaan retail
Sogo di daerah Sudirman sebagai staff IT dan bertanggung jawab untuk berbagai
aplikasi program yang sebagian besar dibuat sendiri oleh Sogo. Di hari Minggu
ia juga aktif sebagai pengurus gereja di bidang pelayanan musik dan paduan
suara.
Bu
Julia yang sebenarnya baru membeli rumah di Gading Serpong ini memilih untuk
tetap tinggal di rumahnya yang berada di Meruya, Jakarta Barat dari hari Senin
hingga Jumat. Ia, suami, serta anak bekerja dan bersekolah di daerah Jakarta
sehingga tidak memungkinkan untuk setiap hari pulang pergi Tangerang – Jakarta.
Sedangkan di akhir pekan barulah ia tinggal di rumahnya yang berada di kawasan
Gading Serpong, Tangerang. Dari pernikahannya, Bu Julia dikaruniai seorang
putri yang masih duduk di bangku kelas 2 SD bernama Owin Gershwin.
Dibalik
suara merdu dan kepiawannya memainkan tuts piano, sebenarnya Bu Julia bukanlah
seseorang yang banyak menghabiskan waktu luangnya untuk musik. Ia lebih suka membaca
buku atau menonton televisi di waktu senggangnya, tetapi sebisa mungkin selalu
memprioritaskan kesenangan anak semata wayangnya. Sesekali di tengah wawancara
Owin datang kepada kami dan berkata, “Mama, ayok ke SMS”. Bu Julia tertawa dan
mengatakan bahwa setiap hari Sabtu dan Minggu ia pasti mengajak Owin untuk
jalan-jalan ke mall. “Saya bisa didemo kalo hari Sabtu Minggu ga jalan”, tukasnya.
Owin
adalah anak yang cantik dengan senyum manis dan rambut kecoklatan yang
panjangnya hingga sepinggang. Ia sangat aktif dan meyukai berbagai aktivitas
yang membutuhkan gerak motorik. Tidak heran playground
menjadi tempat yang dicarinya ketika berjalan-jalan ke mall. “Bukan
Timezone ya, semacam mandi bola atau circus
town kaya di SMS yang ada manjat-manjatnya gitu”, kata Bu Julia. Ia biasa
memilih mall yang tidak terlalu jauh dari rumah. Misalnya saja saat akhir pekan
ia berada di Tangerang maka ia memilih untuk pergi ke mall di sekitar wilayah
Tangerang seperti Mall Summarecon Serpong, Mall Living World, dan Mall @ Alam
Sutera. Akan tetapi untuk tempat favorit, Bu Julia mengatakan bahwa arena
bermain Fun World di Central Park adalah mall favorit Owin.
Bu
Julia tidak terlalu memusingkan budget maksimal
yang bersedia ia keluarkan untuk jalan-jalannya di akhir pekan. Tetapi untuk
Owin, biaya maksimal yang bersedia ia keluarkan untuk aktivitasnya bermain atau
belanja mainan adalah Rp 100,000.00 sekali pergi. “Namanya juga anak kecil,
kalo ga direm ga bakal berhenti main”, kata Bu Julia sambil tertawa. Owin
akhir-akhir ini juga mulai suka memilih sendiri pakaian dan sepatu yang ia
sukai. Tak jarang ia meminta dibelikan pakaian atau sepatu yang menurutnya
bagus ketika berjalan-jalan di mall. Jika menurut Bu Julia pakaian tersebut
bagus, maka Bu Julia akan membelikannya untuk Owin.
Berlibur
merupakan aktivitas yang sangat penting untuk dilakukan. Selain untuk
menghilangkan kepenatan, berwisata juga mempererat keakraban tiap anggota
keluarga. Begitu juga halnya dengan Ibu Julia. Menurutnya berwisata merupakan
kebutuhan yang sangat penting dan ia biasanya mengambil waktu berwisata ke luar
kota di awal bulan Desember dan Juni akhir. Dari jauh-jauh hari ia mengosongkan
jadwal di tanggal yang ditentukan, termasuk di dalamnya jadwal pelayanannya di
GKY Gading Serpong.
Bandung,
merupakan tempat wisata yang selalu dikunjunginya di liburan panjang paling
tidak setahun sekali. “Sekarang tiap jalan-jalan mikirnya, Owin bakal suka ga
ya.”, kata Bu Julia. Kenyamanan dan
kegembiraan anak menjadi faktor utama dalam Bu Julia dan suami memilih tempat
wisata dan Bandung dirasa memiliki setiap faktor yang ia cari dari sebuah
tempat wisata. Tempatnya yang tidak terlalu jauh, udara yang segar, serta
banyaknya tempat wisata membuatnya sangat menyukai suasana Bandung.
Tetapi
ada sebuah pengalaman yang kurang mengenakkan ketika Bu Julia berwisata di
Bandung. Saat itu ia dan keluarga mengunjungi Kebun Binatang Bandung di Jalan
Taman Sari. Karena sedang hari libur sekolah, pengunjung di Kebun Binatang
sangat padat. “Biasalah kebiasaan orang Indonesia, pada ngegelar tikar terus
buang sampah sembarangan.”, katanya. Belum lagi ia melihat banyak binatang yang
tidak terawat. Mereka begitu kurus dan kandangnya pun kotor. “Kalo tempatnya
bagus, kita bayar mahal gapapa. Tapi ini sekalipun murah tapi keadaannya kaya
gitu kan males juga.” Bu Julia mengatakan bahwa pengalaman ini membuatnya tidak
mau lagi berkunjung ke tempat tersebut.
Sekalipun
Jakarta juga memiliki Kebun Binatang, tetapi selama ini Bu Julia belum pernah
mengunjunginya. Ia lebih memilih untuk berwisata outdoor ketika di Bandung dan berwisata indoor alias dalam mall ketika berada di Jakarta. Hal tersebut
disebabkan wisata yang ada di Jakarta biasanya hanya museum; wisata yang kurang
diminati oleh anak-anak kecil. Sedangkan di Bandung, selain karena udara yang
segar dan mall yang memang hanya sedikit disana, menyuguhkan berbagai wisata
alam dan tempat bermain yang disukai anak-anak.
Dalam
mengunjungi tempat wisata, Bu Julia memiliki kebiasaan untuk terlebih dahulu browsing di internet tempat wisata yang
akan dituju. “Jangan sampe kita uda jalan jauh-jauh tapi tempatnya ga bikin happy”, katanya. Facebook dan twitter
juga dikatakan Bu Julia sebagai media sosial yang paling efektif dalam
mempromosikan suatu tempat wisata. Media sosial tersebut digunakan oleh banyak
orang dan memungkinkan setiap orang meng-upload
foto dan mengkomentarinya.
Sebelum Berkeluarga
“Sebelum
married saya suka ke museum. Museum gajah paling oke. Museum fatahillah juga.”,
tukas Bu Julia yang tahun ini menginjak usia yang ke 43 tahun. Wisata sejarah
dan budaya merupakan wisata yang menjadi favoritnya bahkan hingga sekarang.
Dari sekian banyak museum yang pernah dikunjunginya, Museum Gajah dan Museum
Fatahillah merupakan museum yang terbaik. Dengan arsitektur kuno dan
cerita-cerita bersejarah Indonesia di masa lampau, ia mendapatkan pengalaman
yang tidak bisa dilupakannya. “Saya suka wisata sejarah misalnya liat history bangunan itu dulu gimana, ada
legenda apa disana.”
Sayangnya
cukup sulit menemukan pariwisata yang menyuguhkan wisata sejarah dan budaya seperti yang Bu Julia inginkan.
Apalagi menurutnya orang Indonesia selalu mengutamakan belanja ketika berlibur ke sebuah destinasi wisata. Tur-tur dari Indonesia hampir selalu mampir di
pusat-pusat perbelanjaan dan menghabiskan paling banyak waktu untuk aktivitas
tersebut. Pernah sekali ia menelepon sebuah agen pariwisata dan menanyakan
wisata yang tidak banyak mampir di arena perbelanjaan dan dijawab, “Kalo itu
mah Ibu bikin tur sendiri Bu.”
Wisata
kuliner adalah wisata selanjutnya yang paling ia sukai. Semasa muda dulu, Bu
Julia bergabung dengan sebuah komunitas yang bernama Jalan Sutra. Ketergabungannya
di komunitas ini berawal dari kesukaannya membaca artikel dari Bondan Winarno
yang sekarang terkenal dengan acara televisi “Mak Nyuuss”nya. Pak Bondan
membuat sebuah komunitas makan melalui internet dan ia tertarik untuk bergabung
dengan komunitas yang dibuat penulis favoritnya itu.
Komunitas
ini memiliki banyak acara wisata kuliner yang paling sedikit diadakan setahun
sekali. Selama bergabung dengan Jalan Sutra, Bu Julia sudah dua kali KopDar
(Kopi Darat) dengan anggota komunitas yang selama ini hanya berkomunikasi via
internet. Yang pertama adalah acara “Tangerang Sutra”. Di acara itu, Bu Julia
bersama anggota komunitas lainnya mengunjungi daerah Tangerang dan mengunjungi
berbagai tempat dan makanan terkenal khas daerah Tangerang. Tempat yang mereka
tuju saat itu adalah Masjid Seribu Pintu, Klenteng di daerah Pasar Lama, dan
setelah itu mencicipi berbagai makanan khas Tangerang.
Wisata
kuliner selanjutnya bersama komunitas ini adalah KopDar sebagai perayaan hari ulang
tahun Jalan Sutra yang pertama. Mereka berkumpul di sebuah tempat di Jakarta
dan kemudian dibagi ke dalam beberapa kelompok. Kelompok ini dipimpin oleh
seorang leader yang sudah mengetahui
tempat-tempat makan terkenal di daerah Jakarta. Puas mencicipi berbagai makanan
di Jakarta, mereka berkumpul di depan Museum Wayang lalu bersama-sama mengunjungi
Museum Wayang.
Dalam
sehari, mereka bisa mengujungi 5 hingga 10 tempat makan di wilayah yang menjadi
tujuan mereka berwisata kuliner. Ada yang unik dari cara mereka memesan
makanan. Mereka tidak memesan 1 porsi makanan untuk 1 orang melainkan hanyaa
memesan beberapa porsi untuk dimakan bersama-sama. Dengan begitu mereka bisa
mencicipi berbagai jenis makanan tanpa cepat merasa kenyang. Ini merupakan
pengalaman yang tidak terlupakan oleh Bu Julia. “Seru banget, kita ketemu
orang-orang yang punya hobi sama dan dari latar belakang suku, agama, dan
budaya yang berbeda. Kita ga permasalahin itu karena kita dikumpulkan oleh
rasa lapar yang sama. Hahaha”, kata Bu Julia.
Jika
bisa membuat sebuah tempat wisata, Bu Julia memberikan gambaran sebuah miniatur
kecil Indonesia. Hampir sama seperti TMII tetapi tidak dalam area sebesar TMII
sehingga manajemen dan pengelolaan wisata dapat terjaga dengan baik.
Ada 3
hal yang menurut Bu Julia harus diperbaiki dari wisata di Indonesia. Hal yang
pertama kembali lagi ke setiap individu masarakatnya. Mereka harus belajar
bagaimana menghargai budaya sendiri. Contoh sangat sederhana adalah dengan
menjaga kebersihan; jangan membuang sampah sembarangan. “Saya jadi orang
Indonesia kadang suka malu sama kelakuan orang Indonesia”, tukasnya. Hal kedua
adalah publikasi dari tempat-tempat wisata lokal yang harus diperbanyak.
Indonesia adalah Negara yang sangat indah dan sayangnya kurang diketahui oleh
masyarakat luas. “Malaysia aja yang ga ada apa-apanya bisa maju, kita kenapa
gabisa?”, kata Bu Julia. Hal ketiga adalah sarana transportasi yang sulit untuk
mengunjungi daerah-daerah wisata. Danau Tiga Warna, Kelimutu, adalah salah satu
destinasi wisata lokal yang sangat ingin Bu Julia kunjungi tetapi biaya
transportasinya bahkan lebih mahal dibandingkan jika ke Singapura.
Terkadang
Bu Julia rindu dengan masa-masa berwisata sejarah, budaya, serta kuliner
seperti yang saat muda sering ia lakukan. Tapi perannya sebagai seorang istri dan
ibu menbuatnya harus mengenyampingkan hobinya untuk sesaat. Waktunya yang tersisa dari kesibukan pekerjaan dan aktivitas gereja ia prioritaskan untuk kesenangan Owin. Untuk tempat wisata
idaman, Jepang adalah Negara yang paling ia impikan dan ia berharap suatu hari
bisa pergi kesana bersama keluarganya. Mulai dari keindahan alam, makanan,
hingga kebudayaan memberikan kekaguman tersendiri untuk Bu Julia. “Sekarang
prioritasnya kesukaan Owin. Mungkin nanti kalo dia uda lebih gede saya dan
suami bisa mulai ajak dia ke tempat-tempat yang jauh, termasuk Jepang. Yang
pasti suatu hari sebelum menutup mata,
saya harus mengunjungi Jepang”, kata Bu Julia sembari tersenyum sekaligus
menyudahi wawancara kami di hari itu.
Chrisella
Tangerang, 21 September 2014
No comments:
Post a Comment