Thursday, September 18, 2014

A Shopaholic and Make Up Geek

#JAKARTAREPOSEPROJECT

Mahasiswi Universitas Pelita Harapan jurusan Hospitality and Tourism ini bernama lengkap Grace Sanjaya. Cece, begitu ia biasa dipanggil teman-temannya. Hari-harinya kurang lebih sama dengan mahasiswi pada umumnya; disibukan dengan kuliah dan berbagai aktivitas yang ia sukai di waktu luangnya. Untuk urusan waktu luang, ia paling tidak suka jika menghabiskan terlalu banyak waktu di rumah. Tidak banyak yang bisa ia lakukan dan akhirnya hanya bermalas-malasan di kamar sembari bermain gadget. Jadi mari kita menengok lebih jauh aktifitasnya waktu senggangnya di luar rumah mulai dari hobi hingga tempat favoritnya menghabiskan waktu.
Shopaholic; adalah kata yang ia anggap sangat mewakilkan dirinya. Wanita yang lahir pada tanggal 4 Juni 1993 ini memang bisa dibilang sangat memprioritaskan penampilan. Tubuhnya yang kecil mungil dengan rambut coklat panjang dan kulit putih bersih mendapatkan perhatian paling utama. “Iya dong, itu kan nilai plus wanita. Misalnya aja mau lamaran kerja atau presentasi, yang diliat pertama penampilan kan.”, katanya.
 Ketika Grace berusia 10 tahun, rasa penasarannya pada dunia make up dimulai. Ia senang ketika melihat ibunya memulas lipstick di bibir dan membuat pipinya merona merah dengan blush on sebelum bepergianIbunya terlihat semakin cantik. Di tahun kedua SMA, rasa penasarannya pada make up pun kian besar. Melalui google dan youtube, ia mulai membaca banyak rekomendasi dan tutorial make up oleh para makeup guru professional.
Niat awal hanya untuk melihat-lihat di suatu toko kosmetik pun berujung dengan pembeliannya pada kosmetik pertama. Hari ke hari melalui penelusurannya di internet dan rekomendasi dari teman-temannya, Grace semakin selektif dalam memilih brand make up yang akan ia gunakan. Misalnya saja untuk foundation wajah, make up forever menjadi brand favoritnya. Lain lagi dengan eyeliner dan eyeshadow, menurutnya NYX adalah brand terbaik untuk merias mata. Jika ditanya brand  terbaik yang pernah ia gunakan, Ia tidak bisa memilih karena menurut Grace setiap brand make up memiliki keunggulan yang berbeda-beda dan harus disesuaikan dengan kecocokan dari penggunanya. Untuknya, keterkenalan brand menjadi faktor utama dalam pemilihan make up dikarenakan brand yang sudah memiliki nama pasti memiliki kualitas yang baik sehingga resiko iritasi atau alergi sangat kecil kemungkinannya. Untuk itulah Grace tidak keberatan untuk merogoh kocek hingga Rp 400,000.00 – 500,000.00 untuk membeli sebotol foundation atau eyeliner dengan harga sekitar Rp 300,000.00.
Sekalipun Grace adalah seorang penggemar belanja atau shopaholic, bukan berarti kegiatan belanjanya selalu menyenangkan. Pegalaman belanja yang kurang menyenangkan pernah ia alami saat belanja di Make Up Forever Plaza Indonesia. Saat itu ia berniat untuk membeli foundation namun sayangnya shade warna untuk kulitnya sedang habis. Pelayannya (yang dideskripsikan “lekong” oleh Grace) kemudian menawarkan shade warna yang sekitar tiga kali lebih gelap dari warna shade awal yang ia inginkan. Setelah dicoba di pergelangan tangan, (Ketika berbelanja kebutuhan make up, Grace biasanya mengetes kecocokan warna make up di area pergelangan tangan karena wajahnya saat pergi ke mall yang sedang menggunakan make up tidak memungkinkannya untuk mencobanya langsung di wajah) pelayannya meyakinkan Grace bahwa warna tersebut sangat natural dan sesuai dengan warna kulitnya. Dan ya, ia pun membelinya.
Sesampainya di rumah, Grace kemudian mencoba foundation yang baru dibelinya pada wajahnya dan kecewa dengan hasilnya. Ia merasa warnanya gelap sehingga seperti tidak ada perbedaan antara menggunakan atau tidak menggunakan foundation. Ia pun menjual foundation tersebut dengan setengah harga kepada temannya dan menceritakan alasannya menjual foundation tersebut. Setelah peristiwa tersebut Grace tidak pernah lagi berbelanja kebutuhan make up di Plaza Indonesia. Ia lebih memilih untuk berbelanja di Mall Central Park atau Taman Anggrek karena selain jaraknya yang dekat dari rumahnya di Puri Indah, mall ini juga memiliki service yang lebih baik. Service terbaik dalam berbelanja make up sebenarnya paling ia rasakan saat berbelanja make up di Benefit, Plaza Indonesia. Pelayannya dengan sabar mencocokan make up yang ingin ia beli dengan warna kulit dan menawarkan serta menjelaskan berbagai produk make up terbaru keluaran Benefit.
Tidak hanya make up, Grace juga hobi berbelanja berbagai keperluan untuk menunjang penampilannya mulai dari pakaian, tas, hingga sepatu. Mall Central Park dan Taman Anggrek menjadi mall favoritnya untuk berbelanja karena lengkap, suasana berbelanjanya menyenangkan, dan jaraknya dekat dengan rumah. Sedangkan Cloud Lounge dan Pantai Indah Kapuk (PIK) menjadi tempat favoritnya untuk berkumpul bersama teman-teman. “Kalo lagi jalan santai paling enak di daerah PIK. Tapi kalo untuk makan cantik Cloud Lounge paling enak. Pemandangan dan service nya oke banget.”, kata wanita yang berharap suatu hari bisa mengunjungi Paris dan bertemu Michelle Phan (make up guru Youtube) ini. Dalam sebulan, Grace menghabiskan kurang lebih Rp 4-5 juta untuk leasure activity nya seperti berbelanja atau hang-out bersama teman-temannya.
            Social media seperti instagram, facebook, dan path merupakan media promosi yang menurutnya paling efektif. Media tersebut memungkan untuk dilihat oleh banyak orang terutama anak muda. Akan tetapi promosi akan jauh leih berhasil melalui word of mouth atau promosi dari mulut ke mulut.
Sebagai pecinta shopping, Grace berharap mall-mall di Jakarta bisa lebih dibuat berdekatan seperti di Singapura. Misalnya dibuat satu komplek yang benar-benar berisi mall sehingga untuk berpindah dari 1 mall ke mall lain tidak perlu menggunakan mobil. Grace juga berharap adanya wahana permainan yang tidak hanya untuk anak-anak di dalam mall tetapi juga permainan yang memacu adrenalin (seperti Dufan) di dalam  mall. Dengan begitu mall tidak hanya berguna sebagai tempat makan dan berbelanja tetapi juga sebagai arena rekreasi yang tidak membosankan.

Puspita Martha Beauty School
Kecintaan Grace pada dunia kecantikan tidak berhenti hanya pada berbelanja alat make up dan mennton tutorial make up. Beberapa bulan yang lalu ia memutuskan untuk mengambil kursus make up. Selain karena hobi, ia melihat bahwa profesi make-up artist merupakan profesi yang sangat menjanjikan. Seorang make up artist dapat menerima bayaran 5 hingga 10 juta rupiah untuk sekali rias bahkan 10-20 juta rupiah jika kelasnya sudah internasional. Setelah membandingkan beberapa tempat kursus, Grace memutuskan untuk mengikuti kelas di Puspita Martha yang dirintis Marta Tilaar di daerah Sudirman. Grace menjatuhkan pilihannya pada Puspita Martha lantaran tempat kursus ini sudah terkenal memiliki pengajar-pengajar yang professional. Beruntungnya, jadwal perkuliahan Grace di Universitas Pelita Harapan tidak begitu padat sehingga hari Rabu dan Jumat yang tidak ada jadwal perkuliahan bisa ia manfaatkan untuk mengikuti kursus make up di Puspita Martha.
Puspita Martha menyediakan paket 6, 12, dan 20 kali pertemuan yang buka dari hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 sampai 18.00. Selain itu juga tersedia kelas private dimana dalam satu kelas hanya ada 1 murid dan guru sehingga kegiatan belajar bisa sangat terfokus, kelas inilah yang diambil oleh Grace. Ia mengambil kelas private dengan 6 kali pertemuan dan mengeluarkan sekitar 30-40 juta rupiah untuk kursus ini yang sudah termasuk penyediaan berbagai alat make up, manekin, serta model untuk mengaplikasikan make up yang telah dipelajari.
 Di hari pertama kursus, ia diajari pengenalan dasar tentang kegunaan setiap make up dan rekomendasi brand terpercaya. Ia pun tidak langsung memegang alat make up melainkan terlebih dahulu menggunakan media kertas dan pensil seperti misalnya saja menggambar alis untuk beragam tipe wajah. Setelah itu barulah make up diterapkan ke manikin dan kemudian kepada model. Kursus yang berlangsung hingga 5 jam dalam sehari ini benar-benar secara professional memberikan langkah penerapan make up sehingga menurut Grace, harga 30 juta untuk kursus ini sesuai dengan kualitas yang diberikan. Setelah selesai dari kursus ini, Grace juga akan diberikan sertifikat resmi sebagai bukti professional. Satu-satunya hal yang ia kurang sukai dari Puspita Martha adalah sulitnya mencari makanan di sekitar tempat kursus. Ia pun mau tidak mau harus membawa makanan dari luar untuk dimakan di sela-sela waktu istirahat kursus.
Saat ini Grace sudah menguasai natural make up dan masih dalam proses belajar untuk menyempurnakan make up bridal nya. Kursus make up, sekalipun merupakan proses belajar yang tidak dianggap sebagai “waktu luang” oleh orang kebanyakan serta membuatnya harus pintar-pintar mengatur waktu dengan kuliah, tidak membuatnya merasa terbebani. “Namanya juga hobi, sekalipun judulnya belajar tapi seneng aja pas ngelakuinnya”. 



Chrisella
Tangerang, 18 September 2014

No comments:

Post a Comment